Jumat, Februari 20, 2009

Memperlakukan Customer Sebagai Individu

Setidaknya ada dua hal kreatif yang dilakukan oleh Morin Chandra, yang bersama Yoris Sebastian mendirikan PT Digital Rantai Maya (dr.m) dalam bisnis musik di Indonesia. Pertama ia mendirikan dr.m sebagai channel alternatif untuk mendistribusikan musik melalui apa yang disebut full track download. Kedua, ia menggunakan mobile social network untuk memasarkannya, alih-alih sistem hard sell yang mungkin bisa terkesan mendikte pasar.

“Semuanya berawal dari lagu berjudul Lentera Jiwa,” jelas Morin. Sejak awal, latar belakang penggunaan mobile marketing, jelas Morin, adalah untuk lebih bisa melakukan paticipative marketing atau engagement dengan target pendengar lagu itu. “Kami secara khusus membidik murid-murid sekolah, mahasiswa, first jobber dan juga orang tua,” kata Morin.

Menurut Morin, secara produk, lagu Lentera Jiwa yang dibawakan oleh Nugie itu memang cukup berat, dan memiliki muatan filosofis yang cukup tinggi. Dengan kondisi seperti ini, Morin berlalu bergerilya menggunakan baik channel tradisional maupun internet. “Kami membuat website www.lenterajiwa.com, penyebaran video klip lewat youtube, email blast ke mailing list, dan promosi di beberapa social networking sites – yang dengan teknologi WAP semuanya kini bisa diakses dengan mobile devices,Red – selain kolaborasi on air dan off air dengan Radio Oz Jakarta, dan liputan di Kick Andy,” kata Morin. Ini semua dilakukan, lanjut Morin, adalah dalam rangka interaksi yang lebih jauh dengan target pendengar dan mendorong partisipasi yang lebih aktif dari mereka. Sebagai contoh, konsumen bisa mengikuti program curhat lentera jiwa yang berhadiah uang tunai – dalam hal ini, dr.m bekerjasama dengan Lilo, sebuah social networking web.

Simak saja, ‘curahan jiwa’ yang di-posting seorang audience bernama inisial D berikut ini : “… berani keluar dari zona kenyamanan. Rupanya itulah salah satu resep orang-orang sukses. Bagaimanapun kondisi mereka, kekurangan mereka, kelemahan mereka, semua itu tidak menjadi kendala. Lihatlah Julius Caesar, meski menderita epilepsy, ia berhasil menjadi seorang jenderal. Bethoven bahkan menulis beberapa lagu terbaiknya justru sesudah telinganya tuli sama sekali…” (8 Januari 2009). Postingan ini lalu dijawab Nugie, penyanyi yang membawakan Lentera Jiwa dengan penuh penghayatan itu : “Wuah Mr or Mrs D. You are such an amazing writer. Tulisan darimu sangat luar biasa. Thank’s for sharing with us here.”

Komunikasi dua arah seperti di atas menurut Morin adalah salah satu perbedaan paling besar antara mobile marketing dan tradional marketing, karena konsumen diperlakukan sebagai individu, selain hanya sebagai potensial buyer. “Kalau mereka merasa didengar dan di-entertain, maka otomatis mereka akan menjadi ‘talkers’ kita,” kata Morin. Selain itu, lanjut Morin, komunikasi dua arah yang terjadi antara brand dan konsumen, memungkinkan efek viral. “Konsumen sekarang lebih percaya efek viral dibandingkan hard sell message dari brand,” tambah Morin.

Menurut Morin, prospek mobile marketing di Indonesia sangat baik, karena channel ini dapat menjadi alternatif yang bisa lebih murah dan lebih efektif bila dibandingkan channel tradional. “Tapi tidak semua produk cocok dengan cara ini, tergantung nature dan apa yang mau dikomunikasikan,” tambah Morin. Selain itu, menurut Morin pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 25 juta sampai tahun 2008. “Mobile marketing bisa digunakan sebagai langkah awal, dimana jika dilakukan dengan benar, maka efek viralnya akan menjalar ke non internet user juga,” kata Morin.

Mengenai dr.m sendiri, saat ini jelas Morin memang baru menjual satu lagu, dan memang dimaksudkan untuk tidak merilis terlalu banyak lagu. “Takutnya tidak maksimal” kata Morin tentang bisnis full track download dengan tariff Rp 5.000 per lagu

Marketing Xtra edisi 9 – 28 Februari 2009